Antariksa, bersama Nuraini Julaistuti, merupakan pendiri "KUNCI Cultural Studies Center" di Yogyakarta pada tahun 1999. Mereka berdua memandang reformasi akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan di Indonesia, salah satunya dalam bidang seni rupa dan budaya. Oleh karena itu, diperlukan Lembaga Penelitian independen untuk menangani penelitian dengan tema yang tidak diperbolehkan pada masa Orde Baru, terutama dalam bidang kebudayaan dan seni rupa. Sampai tahun 2016, KUNCI Cultural Studies menjadi lembaga penelitian yang independen dan nirlaba, dan bekerja untuk mengembangkan masyarakat yang kritis, terbuka dan berdaya. Selain Antariksa, anggota KUNCI lainnya antara lain: Brigitta Isabella, Nuraini Juliastuti, Syafiatudia, Ferdiansyah Thajib, Hayyu Al Qayyumi, Wok the Rock, dan Verry Handayani.
Antariksa dikenal sebagai peneliti kebudayaan dan telah menerbitkan beberapa buku. Di tahun 2016, ia mengerjakan buku terbarunya tentang seni di Indonesia selama masa pendudukan Jepang pada tahun 1940an. Salah satu buku hasil penelitiannya yang telah diterbitkan adalah "Tuan Tanah Kawin Muda: Hubungan Seni Rupa - LEKRA 1950-1965". Dalam buku tersebut, Antariksa mengangkat masalah mengenai bagaimana hubungan LEKRA dengan seni rupa dimulai, dan dengan cara apa dan bagaimana hubungan tersebut berkembang. Menurutnya, karya seni rupa hasil dari LEKRA memiliki perbedaan dengan yang lain, terutama pada kandungan ideologis dan cara produksinya. Hasil karya seni rupa LEKRA dipandang menggunakan cara yang tegas, dan bertentangan dengan seni rupa abstrak dan formalis.
(profil ini ditulis pada November 2016)
sumber:
http://citralekha.com/komunitas-kunci/
http://kunci.or.id
http://dgi.or.id/read/news/yang-tercatat-dari-gurafiku-1942-1945.html
Tuan Tanah Kawin Muda (701 Ant T)